1. Sikap
1. Pengertian Sikap
Sikap (attitude) yaitu pernyataan evaluatif, baik yang menyenangkan maupun tidak menyenangkan terhadap objek, individu, atau peristiwa, (Stephen dan Timothy, 2008:92). Hal ini mencerminkan ihwal perasaan seseorang ihwal sesuatu. Ada 3 (tiga) komponen utama dari sikap, antara lain:
1. Kognitif atau evaluasi
Kognitif atau evaluasi yaitu segmen opini atau keyakinan dari sikap, yang menentukan tingkatan untuk episode yang lebih penting dari sebuah sikap.
2. Afektif atau perasaan,
Perasaan yaitu segmen emosional atau perasaaan dari sebuah sikap, yang menimbukan hasil selesai perilaku.
3. Perilaku atau tindakan
Perilaku atau tindakan yaitu sikap merujuk pada suatu maksud untuk berperilaku dalam cara tertentu terhadap sesuatu atau seseorang.
Menurut Muchlas (2005:151) sikap (attitudes) ialah sesuatu yang kompleks, yang dapat didefinisikan sebagai pernyatan-pernyataan evaluatif, baik yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan, atau penilaian mengenai objek, manusia, atau peristiwa-peristiwa. Sebahagian sikap terbentuk melalui
proses berguru sosial yang diperoleh dari orang lain.
2. Pembentukan Sikap
Proses pembentukan sikap berlangsung secara bertahap, dimulai dari proses belajar. Proses berguru ini dapat terjadi alasannya pengalaman-pengalaman pribadi seseorang dengan objek tertentu, menyerupai orang, benda atau peristiwa, dengan cara menghubungkan objek tersebut dengan pengalaman-pengalaman lain dimana seseorang telah memiliki sikap tertentu terhadap pengalaman itu atau melalui proses berguru sosial dengan orang lain. Ada 3 (tiga) komponen pembentukan sikap, antara lain:
1. Pengalaman pribadi
Pengalaman pribadi diperoleh dari pembentukan sikap dengan melaksanakan kontak eksklusif dengan objeknya.
2. Asosiasi
Asosiasi merupakan pemindahan sebahagian atau seluruh sikap terhadap objek lama menuju kepada objek baru, dan akan membentuk sikap yang baru.
3. Proses berguru sosial
Sumber pembentukan sikap yang umumnya terjadi dan besar lengan berkuasa sifatnya yaitu proses berguru sosial. Kerap kali pembentukan sikap terjadi pada objek-objek yang belum pernah dialami secara langsung. Proses berguru sosial tidak hanya menghipnotis kepercayaan seseorang, tetapi juga menghipnotis reaksi-reaksi efektif dan kecenderungan perilaku seseorang.
3. Tipe Sikap
Ada 3 (tiga) tipikal sikap seseorang, antara lain: (Ardana, 2009: 22)
1. Kepuasan kerja, seseorang yang mempunyai tingkat kepuasan kerja yang tinggi akan cenderung menunjukkan sikap positif terhadap pekerjaan, demikian sebaliknya.
2. Keterlibatan kerja, hingga sejauh mana seseorang memihak pada pekerjaannya, berpartisipasi aktif didalamnya serta menanggapi kinerjanya sangat penting bagi organisasi.
3. Komitmen pada organisasi, hingga tingkat mana seseorang pegawai memihak pada organisasinya dan bertekad setia didalamnya.
2. Kepribadian
1. Pengertian Kepribadian
Kepribadian sering didefinisikan sebagai gabungan dari semua cara dimana individu bereaksi dan berinteraksi dengan orang-orang lain, atau kadang- kadang didefenisikan sebagai organisasi internal dari proses psikologis dan kecenderungan perilaku seseorang, (Muchlas, 2005: 84). Kaprikornus kepribadian merupakan perangkat gambaran diri yang berintegrasi dan merupakan perangkat total dari kekuatan intrapsikis, yang membuat seseorang menjadi unik dengan perilaku yang spesifik.
Menururt Stephen dan Timothy, (2008:127), kepribadan juga merupakan organisasi yang dinamis dalam sistem psikofisiologis individu yang menentukan caranya untuk mengikuti keadaan secara unik terhadap lingkungan, atau dengan kata lain kepribadian merupakan keseluruhan cara dimana seseorang individu berekasi dan berinteraksi dengan individu lain.
2. Faktor-faktor Penentu Kepribadian
Kepribadian seseorang dihasilkan oleh faktor keturunan, lingkungan dan kondisi situasional (Stephen dan Timothy, 2008:127), antara lain:
1). Faktor Keturunan
Faktor keturunan ditransimisikan melalui ”gen”, yang berada dalam kromosom, yang menentukan keseimbangan hormon, bentuk fisik, dan menentukan atau membentuk kepribadian. Kepribadian tidak seluruhnya dipengaruhi oleh faktor keturunan, faktor lingkungan juga dapat menghipnotis bentuk kepribadian seseorang.
2). Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan yang dapat menawarkan tekanan kepada kepribadian seseorang yaitu kultur masyarakat dimana seseorang dibesarkan, norma-norma keluarga, teman-teman dan kelompok sosial, serta pengaruh-pengaruh lain yang kita alami. Kultur akan membentuk norma, sikap, dan nilai-nilai yang diwariskan dari satu generasi ke genarasi berikutnya yang terus menerus berlangsung secara konsisten.
3). Kondisi Situasional
Kondisi situsional dapat menghipnotis efek dari faktor-faktor keturunan dan lingkungan terhadapa kepribadian. Kepribadian seseorang meskipun relatif stabil dan konsisten, namun dapat berubah pada situasi-situasi yang berbeda. Tuntutan yang berbeda pada situasi yang berbeda dapat menyebabkan reaksi dan aspek yang berbeda pada kepribadian seseorang. Oleh alasannya itu, sebaiknya tidak melihat corak kepribadian secara terisolasi, tetapi juga mengetahui bahwa situasi-situasi tertentu lebih relevan dari situasi-situasi lain dalam menghipnotis kepribadian sehingga dapat dilihat adanya perbedaan-perbedaan individual yang signifikan.
3. Sifat-sifat Kepribadian
Sifat-sifat kepribadian (personality traits) yaitu karateristik yang sering muncul dan mendeskripsikan perilaku seorang individu. Ada 5 (lima) faktor yang menghipnotis kepribadian seseorang atau Big Five Model, antara lain: (Stephen dan Timothy, 2008:131)
1). Ekstraversi (extraversion)
Dimensi ini mengungkapkan tingkat kenyamanan seseorang dalam berafiliasi dengan individu lain. Individu yang memiliki sifat ekstraversi cenderung suka hidup berkelompok, tegas, dan mudah bersosialisasi. Sebaliknya individu yang memiliki sifat introver cenderung suka menyendiri, penakut, dan pendiam.
2). Mudah akur atau mudah bersepakat (agreeableness)
Dimensi ini merujuk pada kecenderungan individu untuk patuh terhadap individu lainnya. Individu yang sangat mudah bersepakat yaitu individu yang senang bekerjasama, hangat, dan penuh kepercayaan. Sementara itu, individu yang tidak mudah bersepakat cenderung bersikap dingin, tidak ramah, dan suka menantang.
3). Sifat berhati-hati (conscientiousness)
Dimensi ini merupakan ukuran kepercayaan. Individu yang sangat berhati-hati yaitu individu yang bertanggung jawab, teratur, dapat dihandalkan, dan gigih. Sebaliknya, individu dengan sifat berhati-hati yang rendah cenderung mudah bingung, tidak teratur, dan tidak bisa diandalkan.
4). Stabilitas emosi (emotonal stability)
Dimensi kepribadian yang menggolongkan seseorang sebagai orang yang tenang, percaya diri, memiliki pendirian yang teguh (positif). Dimensi ini menilai kemampuan seseorang untuk menahan stress. Sementara itu, individu dengan stabilitas emosi yang negatif cenderung mudah gugup, khawatir, depresi, dan tidak memiliki pendirian yang teguh.
5). Terbuka terhadap hal-hal gres (openness to experience)
Dimensi ini merupakan dimensi terakhir yang mengelompokkan individu berdasarkan lingkup minat dan keterikatannya terhadap hal-hal baru. Individu yang sangat terbuka cenderung kreatif, ingin tahu, dan sensititf terhadap hal-hal yang bersifat seni. Sebaliknya mereka yang tidak terbuka cenderung memiliki sifat konvensional dan merasa nyaman dengan hal-hal yang telah ada.
3. Kerjasama Tim
1. Pengertian Kerjasama Tim
Kerjasama Tim atau Tim kerja yaitu kelompok yang usaha-usaha individualnya menghasilkan kinerja lebih tinggi daripada jumlah masukan individual (Stephen dan Timothy, 2008:406). Tim kerja menghasilkan sinergi positif melalui usaha yang terkoordinasi. Hal ini memiliki pengertian bahwa kinerja yang dicapai oleh sebuah tim lebih baik daripada kinerja perindividu disuatu organsasi ataupun suatu perusahaan.
Sementara menurut Allen (2004:21) pekerja tim atau tim kerja yaitu orang yang sportif, sensitif dan senang bergaul, serta bisa mengenali pedoman emosi yang terpendam dalam tim dengan sangat jelas. Tim kerja menghasilkan sinergi positif melalui usaha yang terkoordinasi. Usaha-usaha individual mereka menghasilkan satu tingkat kinerja yang lebih tinggi daripada jumlah masukan individual. Penggunaan tim secara ekstensif menghasilkan potensi bagi sebuah organisasi untuk membuahkan banyak hasil yang lebih besar tanpa peningkatan masukan. Kinerja tim akan lebih unggul daripada kinerja individu jikalau peran yang harus dilakukan menuntut ketrampilan ganda.
Sebuah tim (team) yaitu sebuah unit yang terdiri dari 2 (dua) orang atau lebih yang berinteraksi dan mengkoordinasikan pekerjaan mereka untuk menyelesaikan sebuah peran yang spesifik (Daft, 2003:171).
2. Jenis – jenis Kerjasama Tim
Jenis –jenis kerjasama tim terdiri dari 6 (enam) bagian, antara lain: (Daft,
2003:171)
1.) Tim Formal
Tim formal yaitu sebuah tim yang dibentuk oleh organisasi sebagai episode dari struktur organisasi formal.
2.) Tim Vertikal
Tim vertikal yaitu sebuah tim formal yang terdiri dari seorang manajer dan beberapa orang bawahannya dalam rantai komando organisasi formal
3.) Tim Horizontal
Tim horizontal yaitu sebuah tim formal yang terdiri dari beberapa karyawan dari tingkat hirarki yang hampir sama tapi berasal dari area keahlian yang berbeda.
4.) Tim dengan Tugas Khusus
Tim dengan peran khusus yaitu sebuah tim yang dibentuk diluar organisasi formal untuk menangani sebuah proyek dengan kepentingan atau kreativitas khusus.
5.) Tim Mandiri
Tim Mandiri yaitu sebuah tim yang terdiri dari 5 hingga 20 orang pekerja dengan beragam keterampilan yang menjalani rotasi pekerjaan untuk menghasilkan sebuah produk atau jasa secara lengkap, dan pelaksanaannya diawasi oleh seorang annggota terpilih.
6.) Tim Pemecahan Masalah
Tim pemecahan duduk perkara yaitu biasanya terdiri dari 5 hingga 12 karyawan yang dibayar perjam dari departemen yang sama, dimana mereka bertemu untuk mendiskusikan cara memperbaiki kualitas, efisiensi, dan lingkungan kerja.
1. Pengertian Sikap
Sikap (attitude) yaitu pernyataan evaluatif, baik yang menyenangkan maupun tidak menyenangkan terhadap objek, individu, atau peristiwa, (Stephen dan Timothy, 2008:92). Hal ini mencerminkan ihwal perasaan seseorang ihwal sesuatu. Ada 3 (tiga) komponen utama dari sikap, antara lain:
1. Kognitif atau evaluasi
Kognitif atau evaluasi yaitu segmen opini atau keyakinan dari sikap, yang menentukan tingkatan untuk episode yang lebih penting dari sebuah sikap.
2. Afektif atau perasaan,
Perasaan yaitu segmen emosional atau perasaaan dari sebuah sikap, yang menimbukan hasil selesai perilaku.
3. Perilaku atau tindakan
Perilaku atau tindakan yaitu sikap merujuk pada suatu maksud untuk berperilaku dalam cara tertentu terhadap sesuatu atau seseorang.
Menurut Muchlas (2005:151) sikap (attitudes) ialah sesuatu yang kompleks, yang dapat didefinisikan sebagai pernyatan-pernyataan evaluatif, baik yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan, atau penilaian mengenai objek, manusia, atau peristiwa-peristiwa. Sebahagian sikap terbentuk melalui
proses berguru sosial yang diperoleh dari orang lain.
2. Pembentukan Sikap
Proses pembentukan sikap berlangsung secara bertahap, dimulai dari proses belajar. Proses berguru ini dapat terjadi alasannya pengalaman-pengalaman pribadi seseorang dengan objek tertentu, menyerupai orang, benda atau peristiwa, dengan cara menghubungkan objek tersebut dengan pengalaman-pengalaman lain dimana seseorang telah memiliki sikap tertentu terhadap pengalaman itu atau melalui proses berguru sosial dengan orang lain. Ada 3 (tiga) komponen pembentukan sikap, antara lain:
1. Pengalaman pribadi
Pengalaman pribadi diperoleh dari pembentukan sikap dengan melaksanakan kontak eksklusif dengan objeknya.
2. Asosiasi
Asosiasi merupakan pemindahan sebahagian atau seluruh sikap terhadap objek lama menuju kepada objek baru, dan akan membentuk sikap yang baru.
3. Proses berguru sosial
Sumber pembentukan sikap yang umumnya terjadi dan besar lengan berkuasa sifatnya yaitu proses berguru sosial. Kerap kali pembentukan sikap terjadi pada objek-objek yang belum pernah dialami secara langsung. Proses berguru sosial tidak hanya menghipnotis kepercayaan seseorang, tetapi juga menghipnotis reaksi-reaksi efektif dan kecenderungan perilaku seseorang.
3. Tipe Sikap
Ada 3 (tiga) tipikal sikap seseorang, antara lain: (Ardana, 2009: 22)
1. Kepuasan kerja, seseorang yang mempunyai tingkat kepuasan kerja yang tinggi akan cenderung menunjukkan sikap positif terhadap pekerjaan, demikian sebaliknya.
2. Keterlibatan kerja, hingga sejauh mana seseorang memihak pada pekerjaannya, berpartisipasi aktif didalamnya serta menanggapi kinerjanya sangat penting bagi organisasi.
3. Komitmen pada organisasi, hingga tingkat mana seseorang pegawai memihak pada organisasinya dan bertekad setia didalamnya.
2. Kepribadian
1. Pengertian Kepribadian
Kepribadian sering didefinisikan sebagai gabungan dari semua cara dimana individu bereaksi dan berinteraksi dengan orang-orang lain, atau kadang- kadang didefenisikan sebagai organisasi internal dari proses psikologis dan kecenderungan perilaku seseorang, (Muchlas, 2005: 84). Kaprikornus kepribadian merupakan perangkat gambaran diri yang berintegrasi dan merupakan perangkat total dari kekuatan intrapsikis, yang membuat seseorang menjadi unik dengan perilaku yang spesifik.
Menururt Stephen dan Timothy, (2008:127), kepribadan juga merupakan organisasi yang dinamis dalam sistem psikofisiologis individu yang menentukan caranya untuk mengikuti keadaan secara unik terhadap lingkungan, atau dengan kata lain kepribadian merupakan keseluruhan cara dimana seseorang individu berekasi dan berinteraksi dengan individu lain.
2. Faktor-faktor Penentu Kepribadian
Kepribadian seseorang dihasilkan oleh faktor keturunan, lingkungan dan kondisi situasional (Stephen dan Timothy, 2008:127), antara lain:
1). Faktor Keturunan
Faktor keturunan ditransimisikan melalui ”gen”, yang berada dalam kromosom, yang menentukan keseimbangan hormon, bentuk fisik, dan menentukan atau membentuk kepribadian. Kepribadian tidak seluruhnya dipengaruhi oleh faktor keturunan, faktor lingkungan juga dapat menghipnotis bentuk kepribadian seseorang.
2). Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan yang dapat menawarkan tekanan kepada kepribadian seseorang yaitu kultur masyarakat dimana seseorang dibesarkan, norma-norma keluarga, teman-teman dan kelompok sosial, serta pengaruh-pengaruh lain yang kita alami. Kultur akan membentuk norma, sikap, dan nilai-nilai yang diwariskan dari satu generasi ke genarasi berikutnya yang terus menerus berlangsung secara konsisten.
3). Kondisi Situasional
Kondisi situsional dapat menghipnotis efek dari faktor-faktor keturunan dan lingkungan terhadapa kepribadian. Kepribadian seseorang meskipun relatif stabil dan konsisten, namun dapat berubah pada situasi-situasi yang berbeda. Tuntutan yang berbeda pada situasi yang berbeda dapat menyebabkan reaksi dan aspek yang berbeda pada kepribadian seseorang. Oleh alasannya itu, sebaiknya tidak melihat corak kepribadian secara terisolasi, tetapi juga mengetahui bahwa situasi-situasi tertentu lebih relevan dari situasi-situasi lain dalam menghipnotis kepribadian sehingga dapat dilihat adanya perbedaan-perbedaan individual yang signifikan.
3. Sifat-sifat Kepribadian
Sifat-sifat kepribadian (personality traits) yaitu karateristik yang sering muncul dan mendeskripsikan perilaku seorang individu. Ada 5 (lima) faktor yang menghipnotis kepribadian seseorang atau Big Five Model, antara lain: (Stephen dan Timothy, 2008:131)
1). Ekstraversi (extraversion)
Dimensi ini mengungkapkan tingkat kenyamanan seseorang dalam berafiliasi dengan individu lain. Individu yang memiliki sifat ekstraversi cenderung suka hidup berkelompok, tegas, dan mudah bersosialisasi. Sebaliknya individu yang memiliki sifat introver cenderung suka menyendiri, penakut, dan pendiam.
2). Mudah akur atau mudah bersepakat (agreeableness)
Dimensi ini merujuk pada kecenderungan individu untuk patuh terhadap individu lainnya. Individu yang sangat mudah bersepakat yaitu individu yang senang bekerjasama, hangat, dan penuh kepercayaan. Sementara itu, individu yang tidak mudah bersepakat cenderung bersikap dingin, tidak ramah, dan suka menantang.
3). Sifat berhati-hati (conscientiousness)
Dimensi ini merupakan ukuran kepercayaan. Individu yang sangat berhati-hati yaitu individu yang bertanggung jawab, teratur, dapat dihandalkan, dan gigih. Sebaliknya, individu dengan sifat berhati-hati yang rendah cenderung mudah bingung, tidak teratur, dan tidak bisa diandalkan.
4). Stabilitas emosi (emotonal stability)
Dimensi kepribadian yang menggolongkan seseorang sebagai orang yang tenang, percaya diri, memiliki pendirian yang teguh (positif). Dimensi ini menilai kemampuan seseorang untuk menahan stress. Sementara itu, individu dengan stabilitas emosi yang negatif cenderung mudah gugup, khawatir, depresi, dan tidak memiliki pendirian yang teguh.
5). Terbuka terhadap hal-hal gres (openness to experience)
Dimensi ini merupakan dimensi terakhir yang mengelompokkan individu berdasarkan lingkup minat dan keterikatannya terhadap hal-hal baru. Individu yang sangat terbuka cenderung kreatif, ingin tahu, dan sensititf terhadap hal-hal yang bersifat seni. Sebaliknya mereka yang tidak terbuka cenderung memiliki sifat konvensional dan merasa nyaman dengan hal-hal yang telah ada.
3. Kerjasama Tim
1. Pengertian Kerjasama Tim
Kerjasama Tim atau Tim kerja yaitu kelompok yang usaha-usaha individualnya menghasilkan kinerja lebih tinggi daripada jumlah masukan individual (Stephen dan Timothy, 2008:406). Tim kerja menghasilkan sinergi positif melalui usaha yang terkoordinasi. Hal ini memiliki pengertian bahwa kinerja yang dicapai oleh sebuah tim lebih baik daripada kinerja perindividu disuatu organsasi ataupun suatu perusahaan.
Sementara menurut Allen (2004:21) pekerja tim atau tim kerja yaitu orang yang sportif, sensitif dan senang bergaul, serta bisa mengenali pedoman emosi yang terpendam dalam tim dengan sangat jelas. Tim kerja menghasilkan sinergi positif melalui usaha yang terkoordinasi. Usaha-usaha individual mereka menghasilkan satu tingkat kinerja yang lebih tinggi daripada jumlah masukan individual. Penggunaan tim secara ekstensif menghasilkan potensi bagi sebuah organisasi untuk membuahkan banyak hasil yang lebih besar tanpa peningkatan masukan. Kinerja tim akan lebih unggul daripada kinerja individu jikalau peran yang harus dilakukan menuntut ketrampilan ganda.
Sebuah tim (team) yaitu sebuah unit yang terdiri dari 2 (dua) orang atau lebih yang berinteraksi dan mengkoordinasikan pekerjaan mereka untuk menyelesaikan sebuah peran yang spesifik (Daft, 2003:171).
2. Jenis – jenis Kerjasama Tim
Jenis –jenis kerjasama tim terdiri dari 6 (enam) bagian, antara lain: (Daft,
2003:171)
1.) Tim Formal
Tim formal yaitu sebuah tim yang dibentuk oleh organisasi sebagai episode dari struktur organisasi formal.
2.) Tim Vertikal
Tim vertikal yaitu sebuah tim formal yang terdiri dari seorang manajer dan beberapa orang bawahannya dalam rantai komando organisasi formal
3.) Tim Horizontal
Tim horizontal yaitu sebuah tim formal yang terdiri dari beberapa karyawan dari tingkat hirarki yang hampir sama tapi berasal dari area keahlian yang berbeda.
4.) Tim dengan Tugas Khusus
Tim dengan peran khusus yaitu sebuah tim yang dibentuk diluar organisasi formal untuk menangani sebuah proyek dengan kepentingan atau kreativitas khusus.
5.) Tim Mandiri
Tim Mandiri yaitu sebuah tim yang terdiri dari 5 hingga 20 orang pekerja dengan beragam keterampilan yang menjalani rotasi pekerjaan untuk menghasilkan sebuah produk atau jasa secara lengkap, dan pelaksanaannya diawasi oleh seorang annggota terpilih.
6.) Tim Pemecahan Masalah
Tim pemecahan duduk perkara yaitu biasanya terdiri dari 5 hingga 12 karyawan yang dibayar perjam dari departemen yang sama, dimana mereka bertemu untuk mendiskusikan cara memperbaiki kualitas, efisiensi, dan lingkungan kerja.