-->

Aspek Penawaran dan Permintan dalam Industri Pariwisata

Aspek Penawaran dan Permintan dalam Industri Pariwisata

Tidak dapat dipungkiri bahwa sektor pariwisata mempunyai peranan penting dalam Pembangunan suatu bangsa, khususnya perekonomian negara alasannya ialah aktivitas pariwisata merupakan salah satu sumber pendapatan yang cukup pontensial. Menurut buku tourism industry 2000, Pariwisata dilihat sebagai suatu jenis usaha yang memiliki nilai ekonomi, maka pariwisata ialah sebagai suatu proses yang dapat menciptakan nilai tambahan terhadap barang dan jasa sebagai satu kesatuan produk yang konkret (real goods) ataupun yang berupa jasa – jasa (service) yang dihasilkan melalui proses produksi. Yang dimaksud dengan “product” dalam ilmu ekonomi, ialah sesuatu yang dihasilkan melalui proses produksi. Dalam pengertian ini, ditekankan bahwa tujuan simpulan dari suatu proses produksi tidak lain ialah suatu barang (product) yang dapat digunakan untuk aneka macam tujuan guna untuk memenuhi kebutuhan manusia.

Pada hakekatnya, tujuan pembangunan obyek dan daya tarik wisata adalah:
1. Pengembangan sosial ekonomi regional
2. Kebutuhan rekreasi masyarakat.
3. Memperoleh keuntungan.
4. Optimalisasi sumber daya yang mempunyai fungsi Iain. ( Fandeli, 1995,152-153 )

Arti penting Pariwisata dalam Perekonomian :
1. Memberikan kesempatan kerja/memperkecil pengangguran
2. Peningkatan penerimaan pajak dan retribusi daerah
3. Meningkatkan Pendapatan Nasional (National Income)
4. Memperkuat Posisi Neraca Pembayaran (Net Balance Payment)
5. Memberikan efek multiplier dalam perekonomian DTW (daerah tujuan wisata)

Aspek - Aspek Permintaan dan Penawaran Pariwisata :
Aspek Penawaran Pariwisata

Menurut Medlik, 1980 (dalam Ariyanto 2005), ada empat aspek (4A) yang harus diperhatikan dalam penawaran pariwisata. Aspek-aspek tersebut ialah sebagai berikut:
1. Attraction (daya tarik); daerah tujuan wisata (selanjutnya disebut DTW) untuk menarik wisatawan pasti memiliki daya tarik, baik daya tarik berupa alam maupun masyarakat dan budayanya.
2. Accesable (transportasi); accesable dimaksudkan biar wisatawan domestik dan mancanegara dapat dengan mudah dalam pencapaian tujuan ke tempat wisata
3. Amenities (fasilitas); amenities memang menjadi salah satu syarat kawasan tujuan wisata biar wisatawan dapat dengan kerasan tinggal lebih lama di DTW.
4. Ancillary (kelembagaan); adanya lembaga pariwisata wisatawan akan semakin sering mengunjungi dan mencari DTW apabila di kawasan tersebut wisatawan dapat mencicipi keamanan, (protection of tourism) dan terlindungi.

Selanjutnya Smith, 1988 (dalam Pitana, 2005) mengklasifikasikan aneka macam barang dan jasa yang harus disediakan oleh kawasan tujuan wisata menjadi enam kelompok besar, yaitu: (1)Transportation, (2)Travel services, (3)Accommodation, (4)Food services, (5)Activities and attractions (recreation culture/entertainment), dan (6) Retail goods.

Aspek Permintaan Pariwisata

Menurut Medlik, 1980 (dalam Ariyanto, 2005), faktor-faktor utama dan faktor lain yang mensugesti usul pariwisata dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Harga; harga yang tinggi pada suatu kawasan tujuan wisata akan menawarkan imbas atau timbal balik pada wisatawan yang akan bepergian, sehingga usul wisatapun akan berkurang begitu pula sebaliknya.
2. Pendapatan; apabila pendapatan suatu negara tinggi, kecendrungan untuk memilih kawasan tujuan wisata sebagai tempat berlibur akan semakin tinggi dan bisa jadi calon wisatawan membuat sebuah usaha pada Daerah Tujuan Wisata jikalau dianggap menguntungkan.
3. Sosial Budaya; dengan adanya sosial budaya yang unik dan bercirikan atau berbeda dari apa yang ada di negara calon wisata berasal maka, peningkatan usul terhadap wisata akan tinggi hal ini akan membuat sebuah keingintahuan dan penggalian pengetahuan sebagai khasanah kekayaan teladan pikir budaya wisatawan.
4. Sospol (Sosial Politik); dampak sosial politik belum terlihat apabila keadaan Daerah Tujuan Wisata dalam situasi aman dan tenteram, tetapi apabila hal tersebut berseberangan dengan kenyataan, maka sospol akan sangat terasa dampak dan pengaruhnya dalam terjadinya permintaan.
5. Intensitas keluarga; banyak atau sedikitnya keluarga juga berperan serta dalam usul wisata hal ini dapat diratifikasi, jumlah keluarga yang banyak maka impian untuk berlibur dari salah satu keluarga tersebut akan semakin besar, hal ini dapat dilihat dari kepentingan wisata itu sendiri.
6. Harga barang substitusi; disamping kelima aspek di atas, harga barang pengganti juga termasuk dalam aspek permintaan, dimana barang-barang pengganti dimisalkan sebagai pengganti DTW yang dijadikan cadangan dalam berwisata seperti: Bali sebagai tujuan wisata utama di Indonesia, akhir suatu dan lain hal Bali tidak dapat menawarkan kemampuan dalam memenuhi syarat-syarat Daerah Tujuan Wisata sehingga secara tidak pribadi wisatawan akan mengubah tujuannya ke kawasan terdekat menyerupai Malaysia dan Singapura.
7. Harga barang komplementer; merupakan sebuah barang yang saling membantu atau dengan kata lain barang komplementer ialah barang yang saling melengkapi, dimana apabila dikaitkan dengan pariwisata barang komplementer ini sebagai objek wisata yang saling melengkapi dengan objek wisata lainnya.

Sedangkan Jackson, 1989 (dalam Pitana, 2005) melihat bahwa faktor penting yang menentukan usul pariwisata berasal dari komponen kawasan asal wisatawan antara lain, jumlah penduduk (population size), kemampuan finansial masyarakat (financial means), waktu senggang yang dimiliki (leisure time), sistem transportasi, dan sistem pemasaran pariwisata yang ada.
Dari kedua pendapat di atas, aspek usul pariwisata dapat diprediksi dari jumlah penduduk dari suatu negara asal wisatawan, pendapatan perkapitanya, lamanya waktu senggang yang dimiliki yang berafiliasi dengan demam isu di suatu negara, kemajuan teknologi informasi dan transportasi, sistem pemasaran yang berkembang, keamanan dunia, sosial dan politik serta aspek lain yang berafiliasi dengan fisik dan non fisik wisatawan.
Blogger
Disqus
Pilih Sistem Komentar

No comments

Advertiser